Terkait dengan teori Evolusi adalah Pernyataan lain yang diajukan menyangkut penciptaan adalah Nabi Adam AS mungkin bukan manusia pertama dan bahkan mungkin bukan manusia. (Kami memohon ampun kepada Nabi Adam AS). Ayat berikut diajukan sebagai bukti akan hal ini:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al Baqarah, 2: 30)
Mereka yang mendukung pernyataan ini berkata bahwa kata kerja bahasa Arab ja’ala dalam ungkapan “Aku akan menciptakan seorang khalifah” bermakna “mengangkat”. Dengan kata lain, mereka berpendapat bahwa Nabi Adam bukanlah manusia pertama, namun ia “diangkat” sebagai khalifah di antara banyak orang. Akan tetapi, dalam Al Qur’an, kata kerja ini memiliki arti berikut:
Menciptakan, menemukan, menerjemahkan, membuat, menempatkan, dan menjadikan
Beberapa contoh ayat Al Qur’an saat ja’ala digunakan adalah:
Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan (ja’ala) daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak… (QS. Az Zumar, 39: 6)
Katakanlah: “Dia-lah yang menciptakan kamu dan memberi kamu (ja’ala) pendengaran, penglihatan, dan hati. (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.” (QS. Al Mulk, 67: 23)
Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan (ja’ala) matahari sebagai pelita. (QS. Nuh, 71: 16)
Dan Allah menjadikan (ja’ala) bumi untukmu sebagai hamparan. (QS. Nuh, 71: 19)
Sebagaimana terlihat pada ayat-ayat di atas, ja’ala memiliki banyak makna. Lebih lagi, sejumlah ayat menyatakan bahwa Nabi Adam AS diciptakan dari tanah/debu. Ayat-ayat ini menegaskan bahwa Nabi Adam AS bukanlah seorang manusia biasa di antara banyak orang, melainkan bahwa ia memiliki penciptaan yang khusus dan berbeda.
Al Qur’an mengungkapkan fakta penting lainnya tentang Nabi Adam AS: pemindahannya dari Taman Surga. Dikatakan dalam ayat-ayat:
Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh Setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari Surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman. (QS. Al A’raaf, 7: 27)
Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.” Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.” (QS. Al Baqarah, 2: 35-36)
Pernyataan ayat-ayat di atas sungguh-sungguh terang. Allah menciptakan Nabi Adam AS dari tanah/debu. Nabi Adam AS adalah penciptaan khusus yang muncul, pertama kali dari keberadaannya di surga, dan lalu dari pemindahannya dari surga. Namun, kaum evolusionis Muslim mengabaikan kebenaran yang nyata ini, dan bersikeras bahwa “surga” di sini tidak merujuk kepada Surga di akhirat, namun suatu tempat indah di Bumi, sekalipun Al Qur’an merinci ciri surga yang di dalamnya Nabi Adam AS diciptakan. Misalnya, Surga berisi para malaikat dan iblis, dan para malaikat berbicara kepada Allah. Salah jika menelurkan tafsir yang dipaksakan, dan mencari bukti evolusi, di saat ayat-ayat tentang masalah ini begitu jelasnya.
Banyak ayat menyatakan bahwa semua orang diturunkan dari Nabi Adam AS. Sebagaimana Al Qur’an katakan:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di Hari Kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” Atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka, apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dulu?” (QS. Al A’raaf, 7: 172-173)
Nabi Adam AS adalah manusia pertama dan utusan Allah yang pertama. Ayat-ayat begitu tegas dan jelas tentang masalah ini, sehingga tidak diperlukan uraian apa pun. Yang harus dilakukan orang hanyalah membaca Al Qur’an dengan hati yang tulus dan mendengarkan hati nurani. Allah akan mengungkapkan kebenaran kepada mereka yang membaca ayat-ayatNya dengan niat tersebut.
No comments:
Post a Comment